Kamis, 29 April 2010

PEREMPUAN
Oleh : Fitria Dewi Usman (Mahasiswi FTUH 06)




PEREMPUAN. Begitu indah, teramat rumit untuk dipahami. Bukankah perempuan selalu ingin dimengerti, selalu ingin disayangi? Perempuan, itu perasa. Menyakitinya adalah dosa. Memarahinya adalah cela. Perempuan adalah perhiasan dunia, permata hati, pakaian bagi kaum laki-laki.
Perempuan bak hembusan taman dunia, penghimpun banyak prosa dan seni bahasa. Kehilangannya, bagaikan taman tak berbunga, bagaikan malam tak berbintang. “Emas tanpa perempuan adalah arang. Mutiara tanpa perempuan adalah seonggok batu”. Begitulah kutipan dalam buku Bertedulah di Taman Hati yang ditulis oleh penulis produktif Dr Aidh bin Avdullah Al Qarni mengenai perempuan.
Perempuan adalah tanda tanya! Mungkin Judge itu ada benarnya juga. Andai engkau telah memberikan apa yang ia mau dan mengabdi padanya selama setahun. Lalu ia melihat ada sedikit kesalahan dari dirimu. Ia mungkin akan berkata, “aku tak pernah melihat kebaikan sedikitpun darimu”. Ya, itulah perempuan.
Seperti lagu yang selalu kukidungkan untuk mereka, Lima Kaca Berdebu “perempuan ibarat kaca yang berdebu. Jangan terlalu keras membersihkannya, karena itu ia akan mudah retak dan pecah, jangan terlalu lembut membersihkannya, nanti ia mudah keruh dan ternoda. Ia bagai permata keindahan. Sentuhlah hatinya dengan kelembutan. Ia sehalus sutra di awan. Jagalah hatinya dengan kesabaran. Lemah lembutlah kepadanya namun jangan terlalu memanjakannya. Tegurlah bila ia bersalah, namun janganlah lukai hatinya….”
Senjatanya adalah cinta dan air mata. Cintanya tanpa syarat. Air mata adalah ekspresi jiwanya. Ia mampu tersenyum bahkan saat hatinya menjerit. Mampu menyanyi saat menangis, menangis saat terharu, bahkan tertawa saat ketakutan. Ia penuh kasih sayang.

Aku memujamu, tapi sayang kini engkau terpuruk ditengah badai mode yang kian marak, berlomba-lomba menjadi trend setter bak aktris tenar. Terlalu tebal topeng di wajahmu itu. Kau telah termakan oleh bualan media dan dunia gemerlap. Kau lucuti hijab dan jilbabmu. Kini kau tak lagi sama, tak cantik seperti biasa. Kau hanyut dalam sanjungan para kumbang yang mengelilingimu, membiarkan mata para penyamun menjajaki liuk tubuhmu, maka jangan salahkan mereka jika terjadi hal yang tak kau inginkan. Kau yang mengundangnya! Berbuatlah sesukamu jika kau tak punya malu….!!!
Wahai perempuan kau begitu mahal, kau adalah tiang negara, ibu dari para pahlawan. Baiklah suatu negara jika baik pulalah perempuaanya.
Kau bak istana. Bagaimana istana bisa terlindungi tanpa penjaga? Bagaimana rumah tanpa pintu dapat terpelihara? Jagalah dirimu! Persembahkanlah dedikasi penuhmu untuk hidup yang berharga ini! Warnailah dunia dengan warna terindah yang kau miliki! Gapailah citamu setinggi langit dicipta….
“Wahai perempuan disaat orang tertidur maka bangunlah, disaat orang terbangun maka berjalanlah, disaat orang berjalan maka berlarilah, disaat orang berlari maka terbanglah, dan disaat orang lain telah terbang, kau pasti telah sukses!” Percayalah.! Bukankah dibalik kesuksesan orang-orang besar, pastilah ada perempuan?...

Aku tetap memujamu karena kau begitu mulia….


Identitas No. 726/ tahun XXXVI / Edisi Akhir April 2010
Penerbitan Kampus Unhas
Selengkapnya...